AS_SIT

Selasa, 12 Agustus 2014

VIDEO SIDAT SITUBONDO


Budidaya sidat media kolam terpal di situbondo



Pengelolaan Pakan Sidat

PAKAN SIDAT

 Salah satu faktor utama dalam pertumbuhan setiap makhluk hidup adalah asupan makanan yang baik dan memiliki kandungan gizi yang dapat mempercepat pertumbuhan. Seperti hanya ikan-ikan lain, ikan sidat membutuhkan zat gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, serat kasar, vitamin dan mineral. Kadar protein pakan optimal adalah 45 % untuk ikan sidat besar dan sekitar 50 % untuk ikan sidat kecil (Elver). Pada budidaya ikan sidat ini, kami mencoba 3 jenis pakan yang berbeda untuk 3 tahapan budidaya. Pakan tersebut terdiri dari pakan alami dan pakan buatan.


1. Cara Membuat Pakan Sidat Ukuran 1 Kg. Glass Eel

   Bahan :
               a. Konsetrat/Pelet 4 Sendok
               b. Tepung Ikan     2 Sendok
               c. Cacing Sutra     1 Genggam tangan
               d. Air                    1. Gelas
               e. Tepung Kanji     1.5 Sendok

   Peralatan :
                a. Panci
                b. Alat pengaduk
                c. Kompor

  Cara Membuat :
                            Bahan a,b,c,d dicambur jadi satu. kemudian dimasukkan dalam panci, dan dipanaskan diatas kompor hingga mendidih. setelah campuran tadi jadi bubur angkat paci dari atas kompor kemudian masukkan tepung tapioka/kanji secukupnya kemudian diaduk hingga rata dan mengental . hal ini dilakukan agar waktu pemberian pakan, bahan tersebut  tidak cepat larut dalam air sehingga dapat menekan kwalitas air tetap baik.
 2. Cara Membuat Pakan Sidat Ukuran 10 Kg. Elver/Fingerly
   
  Bahan :
               a. Konsetrat/Pelet 20 Sendok
               b. Tepung Ikan     10 Sendok
               c. Cacing Lumbrikus  2 Genggam tangan
                                                                     d. Air                    1. Gelas
                                                                     e. Tepung Kanji     1.5 Sendok

  Peralatan :
                a. Panci
                b. Alat pengaduk
                c. Kompor


Cara Membuat :
                            Sama saja seperti yang diatas. pakan tersebut diberikan dua kali sehari. dengan syarat setiap kali memberi makan sidat, sisa pakannya harus dibersihkan dari air. bisa dengan cara dikuras sedikit air kolamnya. atau bisa memakai jaring yang halus. yang penting sisa makanan tidak mengendap didalam kolam yang bisa memicu sidat keracunan.

Demikian semuga bermanfaat amin... 

Bentuk Kolam budidaya Sidat

 Syarat Pembuatan Kolam Budidaya Sidat


1. Tersedianya Air Bersih. ini bisa didapat dari sumur yang ditarik dengan pompa air dan yang lebih baik lagi kalau lokasi yang akan dibuat kolam Sidat dekat dengan mata air atau sumber. dalam hal ini jangan menggunakan air sungai karena ditakutkan ada larutan deterjent atau zat-zat kimia linnya.  yang sangat berpengaruh terhadap  kesehatan sidat itu sendiri maupun kwalitasnya daging sidat yang dihasilkan.

2. Jenis kolam sidat bisa menggunakan beton untuk dibuat permanen, bisa juga menggunakan kolam terpal dengan penyekat kayu dipinggirnya. Namun untuk kolam terpal ini hanya bisa bertahan 3 s/d 4 tahun.
3. Berhubung sidat adalah hewan malam maka ia tidak suka terhadap paparan sinar matahari langsung. Untuk itu, kolam sidat harus diberi penutup bisa memakai  genteng, terpal, ijuk at dll. 

4. Untuk kapasitas Kolam dalam 1meter persegi bisa diisi 100 s/d 200 ekor sidat ukuran Elver  5/10 Gram per Ekor

5. Ketinggian air kolam yang disarankan untuk ukuran Glas Eel , Elver dan ukuran Fingerly adalah 15 s/d 20 cm. untuk ukuran sidat konsumsi ketinggian air bisa dinaikkan 50 cm.


6. Bagi kolam yang airnya dipasok dari sumur / sumur bor disarankan untuk memberikan water pump aquarium untu menciptakan sirkulasi air di dalam kolam.

7. Tidak disarankan bagi kolam sidat menggunakan probiotik soalnya sidat lebih senang hidup di air jernih tampa probiotik tambahan. 

8. Kolam sidat harus dibersihkan dari lumut sedikitnya 2 hari sekali dan pembersihan dari sisa pakan harus tiap hari

Demikian ulasan tentang pembuatan kolam Sidat yang benar kami sajikan dengan sesederhana mungkin, semuga bermanfaat dan jaya terus Sidat Indonesia. 

Packing Pengiriman Sidat

Cara Packing Sidat
PENTING DIPERHATIKAN


Dalam pendistribusian sidat baik untuk sidat bibit maupun sidat konsumsi  penting sekali untuk memperhatikan adalah cara dan sistem packing atau pengemasan sidat hidup. sebenarnya cukup sederhana yang dibutuhkan hanya beberapa bahan yaitu :
1. Sytrofoam ukurannya  disesuaikan dengan kapasitas Sidat yang mau di isikan
2. Es batu ukuran 1/5Kg : 4 Bungkus ( ini untuk pengiriman sidat seberat 10 Kg )
3. Lakban
4. Air 2 Liter untuk pengiriman Sidat dengan bobot 10 Kg.

Cara Pengemasan.
1. Timbang Sidat 10 Kg ( Ukuran Standart )kemudian masukkan dalam Sytrofoam yang telah di isi Air 2 ltr
2. Masukkan Es Batu 4 bungkus.
3. Lakban Tutup Sytrofoamnya. 
4 Jangan Lupa Lubangi Tutup Sytrofoam dengan ukuran ibu jari sebanyak 4 lubang untuk sirkulasi udara
Cara pengemasan yang seperti ini kuat selama 24 Jam tampa tambahan oxigen sekalipun. yang terpenting hanya menjaga agar sushu air tetap dingin. 




Senin, 11 Agustus 2014

SIDAT INDONESIA






Di wilayah Pasifik Barat (sekitar perairan Indonesia) dikenal ada tujuh spesies ikan sidat yaitu : Anguilla celebensis dan Anguilla borneensis, yang merupakan jenis endemik di perairan sekitar pulau Kalimantan dan Sulawesi, Anguilla interioris dan Anguilla obscura yang berada di perairan sebelah utara Pulau Papua, Anguilla bicolor pasifica yang dijumpai di perairan Indonesia bagian utara (Samudra Pasifik), Anguilla bicolor pasifica yang berada di sekitar Samudra Hindia (di sebelah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa), sedangkan Anguilla marmorata merupakan jenis sidat kosmopolitan yang memiliki sebaran sangat luas di seluruh perairan tropis (Sarwono, 2000).
Ikan sidat termasuk dalam kategori ikan katadromus, ikan sidat dewasa akan melakukan migrasi kelaut untuk melakukan pemijahan, sedangkan anakan ikan sidat hasil pemijahan akan kembali lagi ke perairan tawar hingga mencapai dewasa. Sejak awal tahun 1980, jumlah glass eel yang memasuki sungai-sungai di Eropa mengalami penurunan hingga tinggal 1% dari jumlah semula (Dekker dalam Dannewitz, 2003).  Menurunnya jumlah glass eel yang memasuki suatu wilayah perairan menunjukkan kemungkinan adanya penurunan kualitas lingkungan  yang mengancam populasi sidat.
Ikan sidat termasuk dalam genus Anguilla, famili Anguillidae, seluruhnya berjumlah 19 spesies.  Wilayah penyebarannya meliputi perairan Indo-Pasifik, Atlantik dan Hindia.  Ikan sidat merupakan ikan nokturnal, sehingga keberadaannya lebih mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap.  Bleeker dalam Liviawaty dan Afrianto (1998), mengatakan bahwa ikan sidat mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Phylum              : Chordata
Class                : Pisces
Ordo                : Apodes
Famili               : Anguillidae
Genus               : Anguilla
Spesies             : Anguilla sp.
Jenis-jenis ikan sidat (Anguila spp.)
Valid Name                                               Author                               English Name
Anguilla anguilla                                (Linnaeus, 1758)               European eel
Anguilla australis australis                Richardson, 1841               Shortfin eel
Anguilla australis schmidti                Philipps, 1925
Anguilla bengalensis bengalensis      (Gray, 1831)                      Indian mottled eel
Anguilla bengalensis labiata              (Peters, 1852)                   African mottled eel
Anguilla bicolor bicolor                       McClelland, 1844              Indonesian shortfin eel
Anguilla bicolor pacifica                      Schmidt, 1928                  Indian short-finned eel
Anguilla breviceps                              Chu & Jin, 1984
Anguilla celebesensis                         Kaup, 1856                     Celebes longfin eel
Anguilla dieffenbachii                          Gray, 1842                     New Zealand longfin eel
Anguilla interioris                                Whitley, 1938                 Highlands long-finned eel
Anguilla japonica                                Temminck & Schlegel       Japanese eel
Anguilla malgumora                           Kaup, 1856                     Indonesian longfinned eel
Anguilla marmorata                            Quoy & Gaimard, 1824      Giant mottled eel
Anguilla megastoma                           Kaup, 1856                     Polynesian longfinned eel
Anguilla mossambica                         (Peters, 1852)                  African longfin eel
Anguilla nebulosa                               McClelland, 1844             Mottled eel
Anguilla nigricans                               Chu & Wu, 1984
Anguilla obscura                                 Günther, 1872                 Pacific shortfinned eel
Anguilla reinhardtii                              Steindachner, 1867          Speckled longfin eel
Anguilla rostrata                                 (Lesueur, 1817)                American eel
Sumber: http://www.fishbase.org
Ikan sidat betina lebih menyukai perairan esturia, danau dan sungai-sungai besar yang produktif, sedangkan ikan sidat jantan menghuni perairan berarus deras dengan produktifitas perairan yang lebih rendah.  Hal ini menunjukkan bahwa perubahan produktifitas suatu perairan dapat mempengaruhi  distribusi jenis kelamin dan rasio kelamin ikan sidat.  Perubahan produktifitas juga sering dihubungkan dengan perubahan pertumbuhan dan fekunditas pada ikan (EIFAC/ICES, 2000).  Helfman et al.   (1997) mengatakan bahwa ikan sidat jantan tumbuh tidak lebih dari 44 cm dan matang gonad setelah berumur 3-10 tahun.  Anguilla sp. tergolong gonokhoris yang tidak berdiferensiasi, yaitu kondisi seksual berganda yang keadaannya tidak stabil dan dapat terjadi intersex yang spontan (Effendi,2000).
Stadia perkembangan ikan sidat baik tropik maupun subtropik (temperate) umumnya sama, yaitu stadia leptochephalus, stadia metamorphosis, stadia glass eel atau elver, yellow eel dan silver eel (sidat dewasa atau matang gonad). Setelah tumbuh dan berkembang di perairan tawar, sidat dewasa (yellow eel) akan berubah menjadi silver eel (sidat matang gonad), dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk berpijah.  Lokasi pemijahan sidat tropis diduga berada di perairan Samudra Indonesia, tepatnya di perairan barat pulau Sumatera (Setiawan et al., 2003).
Juvenil ikan sidat hidup selama beberapa tahun di sungai-sungai dan danau untuk melengkapi siklus reproduksinya (Helfman et al, 1997). Selama melakukan ruaya pemijahan, induk sidat mengalami percepatan pematangan gonad dari tekanan hidrostatik air laut, kematangan gonad maksimal dicapai pada saat induk mencapai daerah pemijahan. Proses pemijahan berlangsung pada kedalaman 400 m, induk sidat mati setelah proses pemijahan (Elie, P., 1979 dalam Budimawan, 2003).
Waktu berpijah sidat di perairan Samudra Hindia berlangsung sepanjang tahun dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Desember untuk Anguilla bicolor bicolor, Oktober untuk Anguilla marmorata, dan Mei untuk Anguilla nebulosa nebulosa (Setiawan et al., 2003). Di perairan Segara Anakan, Anguilla bicolor dapat ditemukan pada bulan September dan Oktober, dengan kelimpahan tertinggi pada bulan September (Setijanto et al., 2003).Makanan utama larva sidat adalah plankton, sedangkan sidat dewasa menyukai cacing, serangga, moluska, udang dan ikan lain. Sidat dapat diberi pakan buatan ketika dibudidayakan (Liviawaty dan Afrianto, 1998).  Tanaka et al.(2001) mengatakan bahwa pakan terbaik untuk sidat pada stadia preleptochepali adalah tepung telur ikan hiu, dengan pakan ini sidat stadia preleptochepali mampu bertahan hidup hingga mencapai stadia leptochepali.
Kedatangan juvenil sidat di estuaria dipengaruhi oleh beberapa factor lingkungan, terutama salinitas, debit air sungai, ‘odeur’ air tawar dan suhu.  Elver yang sedang beruaya anadromous menunjukkan kadar thyroid hyperaktif yang tinggi, sehingga bersifat reotropis (ruaya melawan arus). Elver juga bersifat haphobi (menghindari massa air bersalinitas tinggi) sehingga memungkinkan ruaya melawan arus ke arah datangnya air tawar (Budimawan, 2003).
Aktivitas sidat akan meningkat pada malam hari, sehingga jumlah elver yang tertangkap pada malam hari lebih banyak daripada yang tertangkap pada siang hari (Setijanto et al., 2003).   Hasil penelitian Sriati (2003) di di muara sungai Cimandiri menunjukkan bahwa elver cenderung memilih habitat yang memiliki salinitas rendah dengan turbiditas tinggi. Salinitas dan turbiditas merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan.  Kelimpahan elver yang paling tinggi terjadi pada saat bulan gelap.

Ikan sidat mampu beradaptasi pada kisaran suhu 12oC-31oC, sidat mengalami peurunan nafsu makan pada suhu lebih rendah dari 12oC.  Salinitas yang bisa ditoleransi berkisar 0-35 ppm.  Sidat mempunyai kemampuan mengambil oksigen langsung dari udara dan mampu bernapas melalui kulit diseluruh tubuhnya (Liviawaty dan Afrianto, 1998).